Jam 65-Bulan Sedang Berjalan: Mengapa Bitcoin Mungkin Turun 20% Sementara Perak Bersinar

• Siklus likuiditas 65 bulan, mendekati puncaknya di Q1-Q2 2026, menunjukkan koreksi Bitcoin sebesar 15-20% karena valuasi yang terlalu panas, meskipun ketidakpastian waktu tetap ada.
• Tren tahun 2025 menunjukkan Bitcoin turun 15-20% (menuju) $82K( sementara Perak naik 13% )menuju( $33), menandakan pergeseran ke aset safe-haven di tengah likuiditas yang mengencang.
• Pada tahun 2026, Bitcoin mungkin rebound setelah koreksi, sementara Perak memimpin jangka pendek, dengan penyesuaian portofolio disarankan menjelang gelombang likuiditas 2027.

Saat aset risiko memasuki fase sensitif, banyak analis memantau secara ketat Siklus Likuiditas 65 Bulan. Model ini diyakini telah meramalkan puncak dan dasar pasar secara akurat selama lebih dari dua dekade.

Apakah kita mendekati fase pengencangan baru di mana Bitcoin menghadapi tekanan penurunan 20%, sementara Perak muncul sebagai tempat berlindung alternatif?

Siklus Likuiditas 65 Bulan: Peta Likuiditas Global Masuk Tahap Akhir {#h-65-month-liquidity-cycle-global-liquidity-map-enters-final-stage}

Dalam grafik terbaru dari CrossBorder Capital, garis hitam mewakili Indeks Likuiditas Global (GLI). Saat ini sedang meningkat tajam, mendekati area puncak merah. Pergerakannya menyerupai fase akhir dari siklus 2016-2021. Ini sangat menunjukkan bahwa kita sedang memasuki fase kenaikan akhir yang dinamis dari siklus likuiditas. Selama periode ini, valuasi aset melambung jauh di atas nilai intrinsiknya. Siklus Likuiditas 65 Bulan. Sumber: X

Ini adalah siklus rata-rata 5,5 tahun, pertama kali diidentifikasi melalui analisis Fourier pada tahun 1999. Setiap siklus mengikuti pola yang familiar: modal disuntikkan secara kuat di fase awal, mencapai puncaknya saat kebijakan moneter sangat longgar, kemudian berbalik saat kredit dan likuiditas mengencang.

Berdasarkan kemiringan siklus sebelumnya, puncak likuiditas berikutnya diperkirakan akan muncul di Q1 atau Q2 2026, sekitar bulan Maret hingga Juni, hanya beberapa bulan lagi. Ini menunjukkan kita mendekati fase “overheat”, di mana aliran modal melambat dan risiko penyesuaian meningkat.

Jika asumsi ini benar, aset risiko—dari saham teknologi hingga kripto—segera akan memasuki periode “penyesuaian harga ulang”. Saat inilah uang pintar mulai mengurangi eksposur terhadap posisi yang sangat leverage, yang berpotensi menyebabkan koreksi 15-20% pada Bitcoin sebelum terbentuk dasar siklus baru.

Meskipun grafik dan analisis keseluruhan cukup meyakinkan, seperti yang dikatakan seorang analis di X, timing siklus pada grafik ini seringkali meleset beberapa tahun. Ini berarti kita tidak bisa memastikan apakah pasar sudah mencapai puncaknya, akan mempercepat, tetap datar, atau tidak melakukan apa-apa.

“Saya suka grafik dan analisis keseluruhan ini, tetapi timing siklusnya rata-rata meleset bertahun-tahun di grafik ini. Jadi, Anda tidak tahu apakah sudah mencapai puncaknya, akan mempercepat, atau tidak melakukan apa-apa, berdasarkan grafik ini. Ini seperti lempar koin,” kata analis tersebut.

Bitcoin Turun, Perak Naik: Sinyal Rotasi Uang Aman {#h-bitcoin-drops-silver-rises-safe-money-rotation-signals}

Tren menarik di tahun 2025 adalah divergensi antara Bitcoin $29 BTC( dan Perak. Menurut grafik dari tahun 2021 hingga 2025, Bitcoin telah turun sekitar 15-20%, dari $109.000 menjadi $82.000. Pada saat yang sama, Perak naik 13%, dari )menuju $33. Ini mencerminkan pergeseran aliran modal yang jelas. Saat likuiditas global mengencang, investor secara bertahap keluar dari aset berisiko tinggi, seperti kripto, dan berputar ke aset “jaminan” termasuk logam mulia. ![Divergensi Bitcoin vs Perak. Sumber: X] Divergensi Bitcoin vs Perak. Sumber: X

Divergensi ini menunjukkan bahwa Bitcoin berfungsi sebagai indikator risiko-tinggi, yang mendapatkan manfaat langsung dari ekspansi likuiditas. Pada saat yang sama, Perak menunjukkan karakteristik ganda sebagai komoditas dan aset safe-haven, membuatnya lebih menarik saat inflasi tetap tinggi tetapi pertumbuhan ekonomi melambat.

Berdasarkan sinyal stagflasi dan tren historis siklus likuiditas, banyak ahli memprediksi Perak mungkin mengungguli Bitcoin selama Januari-April 2026. Namun, reli akhir tahun 2025 di kedua aset menunjukkan bahwa pergeseran ini tidak akan terjadi secara tiba-tiba, melainkan akan dimoderasi oleh sentimen pasar dan peristiwa makro.

“Saat kita memasuki Januari-April 2026, kita mungkin akan melihat tren ini mempercepat. Bitcoin mungkin hanya pulih secara moderat, sementara Perak naik tajam, memperdalam rotasi menuju aset jaminan nyata,” kata analis tersebut.

2026: Tahun Pivot untuk Siklus — Bitcoin Rebound atau Perak Terus Memimpin? {#h-2026-a-pivot-year-for-the-cycle-bitcoin-rebounds-or-silver-continues-to-lead}

Meskipun penurunan 20% pada Bitcoin terdengar bearish, ini tidak selalu menandai akhir dari siklus bullish. Pada sebagian besar fase akhir siklus likuiditas, pasar biasanya mengalami koreksi tajam sebelum memasuki kenaikan terakhir, yang dikenal sebagai “gelombang gema likuiditas.” Jika skenario ini berulang, Bitcoin mungkin mengalami penurunan teknis sebelum rebound kuat di paruh kedua 2026.

Sementara itu, Perak, yang mendapatkan manfaat dari permintaan industri dan aliran lindung nilai, mungkin mempertahankan kenaikan jangka pendek. Namun, ketika likuiditas global kembali mengembang di tahun 2027, modal spekulatif mungkin beralih dari logam mulia ke kripto dan saham demi mencari pengembalian yang lebih tinggi.

Singkatnya, Siklus Likuiditas 65 Bulan sedang memasuki fase kritis. Bitcoin kemungkinan akan mengalami koreksi sementara, sementara Perak terus memainkan “tangan stabil” pasar. Bagi investor jangka panjang, ini mungkin bukan sinyal untuk keluar, tetapi peluang untuk menyesuaikan portofolio menjelang gelombang likuiditas berikutnya di tahun 2026-2027.