Pada akhir tahun 2025, tingkat kesulitan penambangan Bitcoin baru saja mencapai puncak sejarah sebesar 148.26T, dan industri memperkirakan bahwa pada bulan Januari kemungkinan akan menembus angka 149T. Angka ini terlihat menakutkan, tetapi logika di baliknya layak untuk dipikirkan.

Mengapa tingkat kesulitan masih terus meningkat? Singkatnya, ini karena modal global benar-benar berinvestasi dalam Bitcoin. Bahkan setelah mengalami volatilitas pada bulan Oktober, perusahaan tambang profesional di Amerika Utara, Timur Tengah, dan Amerika Latin tetap mempercepat penempatan mesin baru. Mereka bukanlah orang yang melakukan tindakan sembarangan, mereka sangat memahami bahwa pengurangan setengah pada tahun 2026 akan segera datang, dan mengunci biaya rendah saat ini adalah cara untuk merebut keuntungan langka di masa depan.

Dari sudut pandang jaringan, peningkatan kesulitan = peningkatan tingkat keamanan = biaya serangan yang melonjak. Setiap penyesuaian kesulitan membuat biaya menyerang Bitcoin berlipat ganda. Sistem pertahanan otomatis yang terbentuk oleh pasar ini adalah keunggulan unik BTC sebagai emas digital yang tidak dapat ditiru.

Bagi para peserta, tahap ini sebenarnya adalah masa penantian. Penambang kecil secara bertahap keluar, konsentrasi industri meningkat, dan jaringan justru akan menjadi lebih stabil. Begitu harga koin menembus posisi kunci, tingkat kesulitan yang tinggi ini akan membentuk batasan alami dari kekuatan komputasi—kekuatan komputasi baru tidak masuk, pasokan terkunci, dan permintaan melonjak, inilah peluang resonansi.

149T bukanlah hambatan, melainkan bukti pertumbuhan. Semakin sulit menambang, semakin berharga barangnya.