Ketika Jumat Agung tiba, suasana hening khas menyelimuti pasar keuangan Amerika. Bursa saham New York (NYSE), NASDAQ, dan semua indeks saham utama AS—including S&P 500, Dow Jones Industrial Average, dan indeks pasar yang lebih luas—sepenuhnya berhenti beroperasi. Tahun ini, penutupan tersebut terjadi pada hari Jumat, 18 April 2025, sehingga minggu perdagangan menjadi lebih singkat bagi investor dan pelaku pasar.
Penutupan ini, meskipun dilakukan sesuai dengan praktik institusional yang sudah lama berlangsung, tidak diatur oleh undang-undang federal. Jumat Agung tetap merupakan hari peringatan keagamaan dan bukan hari libur resmi federal AS, sehingga kepatuhan pasar saham terhadap hari ini lebih bersifat tradisi daripada keharusan hukum. Namun, tahun demi tahun, pasar tetap tutup tanpa terkecuali.
Akar Sejarah Lebih dari Mandat Keagamaan
Penggerak utama di balik penutupan pasar saham bukanlah legislasi terbaru—melainkan sejarah. Praktik ini sudah ada sejak akhir abad ke-19, ketika lembaga keuangan mengadopsi Jumat Agung sebagai hari peringatan. Selama beberapa dekade, kebiasaan ini menjadi begitu melekat sehingga berubah menjadi prosedur standar di seluruh ekosistem keuangan.
Awalnya sebagai bentuk pengakuan keagamaan sukarela, kebiasaan ini berkembang menjadi norma institusional. Bursa saham New York dan NASDAQ mengikuti, begitu pula pasar fixed-income dan bursa efek. Setelah institusi besar memutuskan untuk tutup, seluruh struktur pasar cenderung mengikuti konsistensi tersebut. Pedagang individu pun harus menyesuaikan diri dengan penutupan kolektif ini.
Pertanyaan Likuiditas: Mengapa Pasar Benar-benar Tutup
Selain tradisi, ada alasan ekonomi praktis. Ketika lebih sedikit peserta yang masuk ke pasar, volatilitas bisa meningkat dan likuiditas mengering—sebuah kombinasi yang berisiko. Pada hari-hari ketika sebagian besar pelaku pasar mengambil cuti, bursa menghadapi pilihan yang tidak nyaman: beroperasi dengan partisipasi yang berkurang atau menutup sepenuhnya.
Asosiasi Industri Sekuritas dan Pasar Keuangan (SIFMA) menyarankan penutupan ini, dengan alasan bahwa partisipasi yang terfragmentasi menciptakan kondisi berbahaya untuk perdagangan yang tertib. Dengan menutup sepenuhnya, regulator menghindari pasar yang setengah kosong di mana beberapa trader dapat menggerakkan harga secara dramatis dengan volume minimal.
Lebih dari Sekadar Saham: Koneksi Pasar Obligasi
Pasar obligasi beroperasi berdasarkan logika yang sama. Sama seperti pasar saham tutup pada Jumat Agung, pasar fixed-income AS mengikuti hal yang sama. Keseragaman ini bukan kebetulan—melainkan mencerminkan keputusan institusional yang terkoordinasi di seluruh sektor keuangan. Ketika pasar saham tutup, trader obligasi biasanya juga melakukan hal yang sama, memperkuat penghentian pasar secara menyeluruh.
Apa yang Dibuka Kembali dan Kapan
Setelah penutupan Jumat Agung, trader dan investor menghadapi akhir pekan selama empat hari di tahun 2025. Pasar tetap tutup selama akhir pekan, lalu dibuka kembali pada hari Senin, 21 April 2025, pukul 9:30 pagi ET sesuai jadwal. Bagi trader institusional maupun investor ritel, ini menjadi waktu jeda alami—momen untuk menilai kembali posisi mereka selama liburan yang diperpanjang.
Lebih dari Sekadar Peringatan Keagamaan: Cara Alternatif Mengisi Hari Libur
Bagi peserta pasar yang tidak memelihara tradisi keagamaan, penutupan Jumat Agung menawarkan sesuatu yang berharga: waktu yang tidak terjadwal. Tanpa kewajiban pasar, individu dapat mengalihkan energi mereka ke kegiatan yang sejalan dengan tema refleksi dan kasih sayang hari tersebut.
Pengembangan Diri: Manfaatkan liburan ini untuk refleksi diri yang mendalam. Tulis jurnal tentang kinerja pasar, tinjau ulang strategi investasi, atau meditasi tentang tujuan keuangan jangka panjang. Banyak trader merasa bahwa menjauh dari layar memperkuat pengambilan keputusan mereka untuk minggu mendatang.
Keterlibatan Komunitas: Jadi sukarelawan di organisasi lokal, dukung kegiatan amal, atau terlibat dalam pelayanan masyarakat. Hari libur ini memberi waktu untuk berkontribusi secara bermakna di luar partisipasi pasar.
Pemahaman Budaya: Perdalam pengetahuan tentang makna Jumat Agung di berbagai tradisi dan masyarakat. Memahami konteks sejarah dan budaya memperkaya perspektif Anda tentang mengapa pasar global memperingati hari ini.
Istirahat dan Pemulihan: Pasar bergerak tanpa henti selama jam perdagangan normal. Sehari penuh tanpa aktivitas memungkinkan trader, manajer portofolio, dan analis pasar untuk pulih dari tekanan psikologis akibat pemantauan harga dan pengambilan keputusan yang konstan.
Penghormatan pasar saham terhadap Jumat Agung menunjukkan bagaimana tradisi, struktur institusional, dan mekanisme pasar praktis saling berinteraksi. Baik didorong oleh warisan keagamaan maupun kekhawatiran likuiditas, penutupan ini tetap menjadi fitur tetap dalam kalender perdagangan, memberi peserta pasar hari libur yang pasti dari layar ticker.
Lihat Asli
Halaman ini mungkin berisi konten pihak ketiga, yang disediakan untuk tujuan informasi saja (bukan pernyataan/jaminan) dan tidak boleh dianggap sebagai dukungan terhadap pandangannya oleh Gate, atau sebagai nasihat keuangan atau profesional. Lihat Penafian untuk detailnya.
Mengapa Pasar Saham AS Menghentikan Perdagangan pada Jumat Agung: Analisis Pasar
Penjelasan tentang Penutupan Perdagangan
Ketika Jumat Agung tiba, suasana hening khas menyelimuti pasar keuangan Amerika. Bursa saham New York (NYSE), NASDAQ, dan semua indeks saham utama AS—including S&P 500, Dow Jones Industrial Average, dan indeks pasar yang lebih luas—sepenuhnya berhenti beroperasi. Tahun ini, penutupan tersebut terjadi pada hari Jumat, 18 April 2025, sehingga minggu perdagangan menjadi lebih singkat bagi investor dan pelaku pasar.
Penutupan ini, meskipun dilakukan sesuai dengan praktik institusional yang sudah lama berlangsung, tidak diatur oleh undang-undang federal. Jumat Agung tetap merupakan hari peringatan keagamaan dan bukan hari libur resmi federal AS, sehingga kepatuhan pasar saham terhadap hari ini lebih bersifat tradisi daripada keharusan hukum. Namun, tahun demi tahun, pasar tetap tutup tanpa terkecuali.
Akar Sejarah Lebih dari Mandat Keagamaan
Penggerak utama di balik penutupan pasar saham bukanlah legislasi terbaru—melainkan sejarah. Praktik ini sudah ada sejak akhir abad ke-19, ketika lembaga keuangan mengadopsi Jumat Agung sebagai hari peringatan. Selama beberapa dekade, kebiasaan ini menjadi begitu melekat sehingga berubah menjadi prosedur standar di seluruh ekosistem keuangan.
Awalnya sebagai bentuk pengakuan keagamaan sukarela, kebiasaan ini berkembang menjadi norma institusional. Bursa saham New York dan NASDAQ mengikuti, begitu pula pasar fixed-income dan bursa efek. Setelah institusi besar memutuskan untuk tutup, seluruh struktur pasar cenderung mengikuti konsistensi tersebut. Pedagang individu pun harus menyesuaikan diri dengan penutupan kolektif ini.
Pertanyaan Likuiditas: Mengapa Pasar Benar-benar Tutup
Selain tradisi, ada alasan ekonomi praktis. Ketika lebih sedikit peserta yang masuk ke pasar, volatilitas bisa meningkat dan likuiditas mengering—sebuah kombinasi yang berisiko. Pada hari-hari ketika sebagian besar pelaku pasar mengambil cuti, bursa menghadapi pilihan yang tidak nyaman: beroperasi dengan partisipasi yang berkurang atau menutup sepenuhnya.
Asosiasi Industri Sekuritas dan Pasar Keuangan (SIFMA) menyarankan penutupan ini, dengan alasan bahwa partisipasi yang terfragmentasi menciptakan kondisi berbahaya untuk perdagangan yang tertib. Dengan menutup sepenuhnya, regulator menghindari pasar yang setengah kosong di mana beberapa trader dapat menggerakkan harga secara dramatis dengan volume minimal.
Lebih dari Sekadar Saham: Koneksi Pasar Obligasi
Pasar obligasi beroperasi berdasarkan logika yang sama. Sama seperti pasar saham tutup pada Jumat Agung, pasar fixed-income AS mengikuti hal yang sama. Keseragaman ini bukan kebetulan—melainkan mencerminkan keputusan institusional yang terkoordinasi di seluruh sektor keuangan. Ketika pasar saham tutup, trader obligasi biasanya juga melakukan hal yang sama, memperkuat penghentian pasar secara menyeluruh.
Apa yang Dibuka Kembali dan Kapan
Setelah penutupan Jumat Agung, trader dan investor menghadapi akhir pekan selama empat hari di tahun 2025. Pasar tetap tutup selama akhir pekan, lalu dibuka kembali pada hari Senin, 21 April 2025, pukul 9:30 pagi ET sesuai jadwal. Bagi trader institusional maupun investor ritel, ini menjadi waktu jeda alami—momen untuk menilai kembali posisi mereka selama liburan yang diperpanjang.
Lebih dari Sekadar Peringatan Keagamaan: Cara Alternatif Mengisi Hari Libur
Bagi peserta pasar yang tidak memelihara tradisi keagamaan, penutupan Jumat Agung menawarkan sesuatu yang berharga: waktu yang tidak terjadwal. Tanpa kewajiban pasar, individu dapat mengalihkan energi mereka ke kegiatan yang sejalan dengan tema refleksi dan kasih sayang hari tersebut.
Pengembangan Diri: Manfaatkan liburan ini untuk refleksi diri yang mendalam. Tulis jurnal tentang kinerja pasar, tinjau ulang strategi investasi, atau meditasi tentang tujuan keuangan jangka panjang. Banyak trader merasa bahwa menjauh dari layar memperkuat pengambilan keputusan mereka untuk minggu mendatang.
Keterlibatan Komunitas: Jadi sukarelawan di organisasi lokal, dukung kegiatan amal, atau terlibat dalam pelayanan masyarakat. Hari libur ini memberi waktu untuk berkontribusi secara bermakna di luar partisipasi pasar.
Pemahaman Budaya: Perdalam pengetahuan tentang makna Jumat Agung di berbagai tradisi dan masyarakat. Memahami konteks sejarah dan budaya memperkaya perspektif Anda tentang mengapa pasar global memperingati hari ini.
Istirahat dan Pemulihan: Pasar bergerak tanpa henti selama jam perdagangan normal. Sehari penuh tanpa aktivitas memungkinkan trader, manajer portofolio, dan analis pasar untuk pulih dari tekanan psikologis akibat pemantauan harga dan pengambilan keputusan yang konstan.
Penghormatan pasar saham terhadap Jumat Agung menunjukkan bagaimana tradisi, struktur institusional, dan mekanisme pasar praktis saling berinteraksi. Baik didorong oleh warisan keagamaan maupun kekhawatiran likuiditas, penutupan ini tetap menjadi fitur tetap dalam kalender perdagangan, memberi peserta pasar hari libur yang pasti dari layar ticker.