Perdagangan Futures dalam Islam: Perjuangan Pribadi Saya dengan Iman dan Keuangan

Melihat prinsip perdagangan Islam membuat saya bertanya-tanya apakah kita terlalu kaku atau sepenuhnya kehilangan inti masalah. Sebagai seorang trader Muslim, saya telah menghadapi tatapan tidak setuju dari anggota keluarga yang percaya bahwa saya mempertaruhkan masa depan saya—baik secara finansial maupun spiritual.

Para sarjana arus utama memiliki daftar standar keberatan terhadap perdagangan berjangka:

Mereka mengklaim itu adalah gharar ( ketidakpastian berlebihan ) karena Anda memperdagangkan apa yang tidak Anda miliki secara fisik. Tentu, Nabi berkata "jangan menjual apa yang tidak ada padamu," tetapi bukankah itu tentang mencegah perselisihan di pasar yang sederhana? Pasar yang diatur saat ini berbeda.

Kemudian ada argumen riba (interest). Ya, leverage sering melibatkan bunga, tetapi beberapa platform menawarkan akun perdagangan tanpa bunga. Sistem ini menyebutnya sebagai "akun Islam", tetapi sebenarnya hanya struktur bebas swap.

Perbandingan perjudian terasa sangat lemah. Ketika saya menganalisis tren pasar dan membuat keputusan yang terinformasi, bagaimana itu berbeda dari risiko bisnis lainnya? Menyebutnya maysir tampaknya merupakan cara yang nyaman untuk mengabaikan keuangan modern tanpa memahaminya.

Saya menemukan bahwa argumen keterlambatan dalam pengiriman dan pembayaran lebih meyakinkan, tetapi bahkan kemudian, keuangan Islam selalu memiliki pengecualian seperti kontrak salam.

Opini minoritas yang memperbolehkan kontrak berjangka di bawah kondisi yang ketat (aset halal, hak kepemilikan, lindung nilai bukan spekulasi, tanpa leverage) terasa lebih dekat dengan kenyataan. Namun, sangat membatasi sehingga hampir tidak praktis di pasar saat ini.

Yang paling membuat saya frustrasi adalah bagaimana keputusan ini sering kali berasal dari para akademisi yang memiliki pemahaman terbatas tentang pasar keuangan. Mereka mengutip sumber-sumber tradisional tanpa mengakui bagaimana pasar telah berkembang.

Untuk saat ini, saya telah berdamai dengan perdagangan spot aset yang sah sambil menghindari instrumen futures yang lebih kontroversial. Namun saya tidak bisa tidak merasa bahwa keuangan Islam perlu berkembang melampaui interpretasi yang kaku untuk menawarkan cara praktis kepada umat Muslim untuk berpartisipasi di pasar global tanpa mengorbankan iman.

Jika Anda mencari investasi yang benar-benar halal, opsi yang lebih aman tetap berupa reksa dana Islam, saham yang sesuai dengan syariah, sukuk, atau investasi aset riil—meskipun bahkan ini tidak lepas dari perdebatan ilmiah.